Kamis, 22 Maret 2012

Intelijensi

 TUGAS KELOMPOK

VILYA SUTANTO (11-040)

Edward Lee Thorndike lahir pada tahun 1874 dan meninggal pada tahun 1949. Dia adalah seorang Psikolog. Thorndike adalah siswa dari James M. Cattell. Dia menyandang gelar BS pada tahun 1895 di Wesleyan University, kemudian dia menyandang gelar MA pada tahun 1897 dan dia bekerja dengan William James, terakhir, dia menyandang gelar Ph.D pada tahun 1898 di Columbia University sebagai siswa dari James M. Cattell. Thorndike sempat mengajar di berbagai universitas sebagai asisten dosen maupun dosen dari tahun 1898 sampai tahun 1943.

Pada awalnya, Thorndike melakukan penelitian tentang perilaku hewan. Dari penelitian tersebut Thorndike menemukan "Law of Effect". Pada awal 1903, Thorndike menggunakan pengukuran obyektif untuk mengukur intelijensi pada subjek manusia. Kemudian pada saat memasuki Perang Dunia I, Thorndike mulai mengembangkan berbagai metode untuk mengukur berbagai kemampuan dan prestasi. Selama tahun 1920-an ia mengembangkan tes intelejensi yang terdiri dari penyelesaian, aritmatika, kosakata dan uji arah. Tes intelejensi ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat intelenjensi pada skala yang absolut. Logika yang terdapat pada tes-tes tersebut yang kemudian menjadi dasar dari tes intelejensi zaman modern sekarang.

Thorndike menarik perbedaan penting di antara tiga kelas dari fungsi intelektual. Tes intelejensi standar hanya mengukur "kecerdasan abstrak". Selain tes intelejensi standar, beberapa intelejensi penting yang harus diukur adalah "kecerdasan mekanis - kemampuan untuk memvisualisasikan hubungan antara objek-objek dan memahami bagaimana dunia ini bekerja", dan kecerdasan sosial - kemampuan untuk bekerja dengan baik dalam situasi interpersonal."

Thorndike mengembangkan psychological connectionism. Dia percaya bahwa melalui pengalaman atau koneksi terbentuk diantara persepsi rangsangan dan tanggapan, sehingga kecerdasan memfasilitasi pembentukan ikatan saraf. Orang-orang dengan kepintaran yang lebih tinggi dapat membentuk ikatan lebih banyak dan mereka dapat membentuk ikatan tersebut dengan lebih mudah daripada orang dengan kepintaran lebih rendah. Kemampuan untuk membentuk ikatan berakar pada potensi genetik melalui pengaruh gen pada struktur otak, tetapi kepintaran itu sendiri adalah merupakan hasil dari pengalaman. Thorndike menolak gagasan bahwa pengukuran kecerdasan independen dari latar belakang budaya itu memungkinkan.

Thorndike menyatakan bahwa ada empat dimensi umum dari kecerdasan abstrak:

        Altitude: kompleksitas atau kesulitan tugas seseorang dapat melakukan (paling penting)
        Width: variasi pekerjaan dengan berbagai tingkat kesulitan
        Area: fungsi dari lebar dan ketinggian
        Speed: jumlah tugas yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu.

Signed,
Vilya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar