Jumat, 08 Juni 2012

Simultasi Andragogi

Kemolmpok 12
Rica Amelia (08-044)
Vilya Sutanto (11-040)
Eva Brahmana (11-126)

Pada mata kuliah Psikologi Pendidikan topik Andragogi, kami diberi kesempatan untuk membuat suatu simulasi tentang perbedaan antara pedagogi dengan andragogi.
Kelompok kami mendapatkan kesempatan pertama untuk menampilkan adegan kecil-kecilan kami yang masih belum sempurna. Adapun simulasi pada tiap-tiap bagian adalah sebagai berikut:

Pedagogi:
Kak Rica Amelia berperan sebagai ibu guru pada suatu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sedang mengajarkan mata plajaran Bahasa Indonesia kepada dua muridnya yaitu saya dan Eva. Gaya pengajaran yang dilakukan oleh Kak Rica adalah cara pengajaran pedagogis dimana guru memberikan ilmunya kepada muridnya dan segalanya berpusat pada guru itu sendiri. Sang guru disini berperan sebagai seseorang yang membimbing anak menuju kedewasaan.

Andragogi:
Masih Kak Rica sebagai dosen dan kami sebagai mahasiswanya. Andragogi merupakan proses pendidikan bagi orang dewasa untuk mengembangkan orang dewasa itu sendiri. Oleh karena itu, simulasi yang kami berikan adalah dosen yang membuat suasana kelas seperti diskusi. Ada tanya jawab, namun dosen tidak lagi berperan sebagai pusat dari segalanya. Mahasiswa mencari tau sendiri dulu lalu mendiskusikannya di kelas bersama dengan teman teman maupun dosen

Kamis, 07 Juni 2012

Andragogi

1. Pengertian Teori Belajar Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner" yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. Istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogus" artinya membimbing atau memimpin. Dengan demikian secara harfiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pendidikan atau pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Banyak praktik proses belajar dalam suatu pelatihan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pelatihan bagi orang dewasa.
Dengan demikian maka kalau ditarik pengertiannya sejalan dengan pedagogi, maka andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching). 

 
2.     Perkembangan Teori Belajar Andragogi
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" yang diterbitkan pada tahun 1970 mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
Sebelum muncul Andragogi, yang digunakan dalam kegiatan belajar adalah Pedagogi. Konsep ini menempatkan murid/siswa sebagai obyek di dalam pendidikan, mereka mesti menerima pendidikan yang sudah di setup oleh sistem pendidikan, di setup oleh gurunya/pengajarnya. Apa yang dipelajari, materi yang akan diterima, metode panyampaiannya, dan lain-lain, semua tergantung kepada pengajar dan tergantung kepada sistem. Murid sebagai obyek dari pendidikan.
Sedangkan dalam Andragogy ini, kita mengenal istilah-istilah Enjoy Learning, Workshop, Pelatihan Outbond,dll, dan dari konsep Pendidikan Andragogy inilah kemudian muncul konsep-konsep Liberalisme pendidikan, Liberasionisme pendidikan dan Anarkisme pendidikan. Liberalisme pendidikan bertujuan jangka panjang untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada dengan cara mengajar setiap siswa sebagaimana cara menghadapi  persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Liberasionisme pendidikan adalah sebuah sudut pandang yang menganggap bahwa kita musti segera melakukan perombakan berlingkup besar terhadap tatanan politik (dan pendidikan) yang ada sekarang, sebagai cara untuk memajukan kebebasan-kebebasan individu dan mempromosikan perujudan potensi-potensi diri semaksimal mungkin.

3.     Asumsi-Asumsi Pokok Teori Belajar Andragogi
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
a.    Konsep Diri: Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara.
Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pelatihan.
b.    Peranan Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman). Hal in menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik kepelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.
c.     Kesiapan Belajar : Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
d.    Orientasi Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.


Daftar pustaka:
http://www.oocities.org/teknologipembelajaran/andragogi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Andragogi

Minggu, 03 Juni 2012

Tugas Survey

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan 2011/2012 di Fakultas Psikologi Univeritas Sumatera Utara, saya akan mengadakan penelitian mengenai Kwik Survey yang sedang saya gunakan untuk membantu angket saya. Yang ingin saya teliti adalah bermanfaatkah website Kwik Survey bagi mahasiswa-mahasiswa yang memerlukan pembuatan angket. Hal ini juga berhubungan dengan mata kuliah Psikologi Pendidikan yang sedang saya ambil. Oleh karena itu, saya menyediakan 8 pertanyaan yang berkaitan dengan topik saya. Dan hasil dari survey saya dapat dilihat sebagai berikut

1. Pembuatan angket / skala sangat memudahkan survey
 Tidak sesuai  0 
 0.00% 
 Netral  9 

 15.79% 
 Sesuai  48 

 84.21% 

2. Pengetahuan saya tentang teknologi dan internet bertambah setelah mata kuliah pendidikan
 Tidak sesuai  1 

 1.75% 
 Netral  6 

 10.53% 
 Sesuai  50 

 87.72% 

3. Anak psikologi perlu belajar menggunakan website Kwik Survey
 Tidak sesuai  0 
 0.00% 
 Netral  6 

 10.53% 
 Sesuai  51 

 89.47% 
  
4. Website Kwik Survey sangat membantu dalam pembelajaran online
 Tidak sesuai  1 

 1.75% 
 Netral  13 

 22.81% 
 sesuai  43 

 75.44% 

5. Pembuatan angket secara online memudahkan saya dalam proses pengerjaan
 Tidak sesuai  0 
 0.00% 
 Netral  12 

 21.43% 
 Sesuai  44 

 78.57% 

6. Saya merasa senang telah diajarkan cara membuat angket secara online
 Tidak sesuai  0 
 0.00% 
 Netral  7 

 12.28% 
 Sesuai  50 

 87.72% 

7. Mata kuliah pendidikan mengajarkan saya penggunaan teknologi yang selayaknya dipelajari
 Tidak sesuai  0 
 0.00% 
 Netral  8 

 14.29% 
 Sesuai  48 

 85.71% 

8. Saya merasa website Kwik Survey ini perlu disebarluaskan untuk pengguna yang membutuhkan
 Tidak sesuai  0 
 0.00% 
 Netral  7 

 12.28% 
 Sesuai  50 

 87.72% 

Data diatas diisi oleh 57 orang secara complete, sedangkan 3 orang lagi secara incomplete. Adapun hasil dan kesimpulan yang dapat saya tarik berdasarkan survey saya adalah:
  • Survey online (Kwik Survey) ini sangat membantu dalam pembuatan angket maupun perhitungan. Sebagian besar peserta setuju bahwa survey online ini perlu disebarluaskan untuk pengguna yang membutuhkan 
  • Sebagian besar peserta merasa mendapatkan sesuatu yang baru tentang kegunaan website ini untuk keperluan perkuliahan dan merasa senang telah diajari cara penggunaanya
  • Sebagian besar peserta merasa bahwa mata kuliah pendidikan mengajarkan banyak cara mengoperasikan teknologi, salah satunya yaitu penggunaan website Kwik Survey ini
  • Angket memegang peranan penting dalam proses survey

Testimonial saya pribadi: 

Saya merasa senang saat diajarkan tentang cara penggunaan Kwik Survey ini. Setidaknya hal ini dapat membantu saya memperkaya pengetahuan saya, dalam bidang teknologi maupun pendidikan. Survey online ini sangat membantu sekali, dibandingkan jika kita harus mem-print begitu banyak kertas dan menghitung sendiri persentase dalam angket tersebut. Saya merupakan orang yang tidak begitu melek akan teknologi, oleh karena itu saya sedikit kebingungan dalam proses pembuatan maupun pemrosesan hasil ke dalam pdf. Namun akhirnya saya bisa setelah mencoba sendiri dan juga bertanya-tanya. Selain itu, saya juga mengisi survey dari teman-teman yang lain dan saya senang akan itu. Setidaknya kami dapat saling bantu membantu dalam mencapai suatu tujuan :)

Sabtu, 02 Juni 2012

Take a look

Hi semuanya. Dalam postingan ini, saya hanya ingin berbagi tentang gambar-gambar yang saya anggap menarik yang didapat saat browsing. Oke, menurut saya ini bukan hanya menarik, bahkan lucu dan menggelikan. Berikut adalah gmbar-gambar tersebut.

MAGIC JOBS







Disana dituliskan "Life's too short for a wrong job"
Apakah Anda dapat apa yang dimaksud? :)


Let's Fight

Less than one week to Final Test. Time flies really fast. It's like yesterday I was still in the first semester and today my second semester is going to end soon. But I'm glad that at least I could stand until today. I'm glad that at my family and my friends are very supportive.
Let's fight for the Final test, friends! Because life is all about giving in our effort! Good luck everyone. May God bless you and have a nice weekend :)



Truly from heart,
Vilya
*akhirnya bisa post tentang yang diluar mata kuliah. HOHOHO. Sebenarnya jarang nge-post disini karena udah punya blog pribadi. Tapi akhirnya ada beberapa hal tentang perkuliahan dan juga hal-hal yang ingin saya bagi, saya post disini deh. hohoho.

Kamis, 31 Mei 2012

Pedagogi

Kata "pedagogi" berasal dari bahas Yunani yang secara literal berarti mendidik anak. Kata pedagogi biasanya berhubungan dengan pendidikan yang merujuk pada konteks pembelajaran dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut. Pedagogi merupakan seni atau ilmu dalam menjadi seorang guru. Pedagogi juga merujuk kepada strategi mengajar atau gaya pembelajaran yang diterapkan.
Untuk menjadi guru yang ahli (expert teacher), diperlukan beberapa elemen penting, yaitu:
  • guru harus mempunyai pengetahuan yang unggul dalam isi atau materi dari suatu pelajaran atau disiplin ilmu (expert knowledge)
  • guru harus memiliki pengetahuan tentang cara mengajarkan disiplin ilmu tertentu secara disiplin (pedagogical content knowledge)
Guru yang ahli akan memberi murid-muridnya kemampuan untuk menciptakan peta kognitif yang dapat digunakkan sebagai pedaman untuk memberikan tugas pelajaran kepada murid, sebagai pedoman penilaian kemajuan murid, dan sebagai pedoman dalam memberi pertanyaan dan menilai jawaban murid. Menjadi guru yang ahli di pelajaran tertentu juga membutuhkan pengetahuan tentang aspek mana dari suatu disiplin yang sulit atau mudah untuk dipelajari murid.
Hal lain yang dibutuhkan guru selain strategi pengajaran umum adalah pengetahuan isi pedagogis tentang cara mengajarkan suatu pelajaran tertentu secara efektif.
Dalam pedagogi, akan dibahas berbagai macam pendekatan yang dapat dilakukan untuk membantu anak membaca, menulis, matematika, sains, dan studi sosial secara efektif. Begitu pula dengan masing-masing bidang yang mempunyai banyak pendekatan-pendekatan misalnya pendekatan kognitif, pendekatan konstruktif sosial, perubahan developmental, dan lain-lain.

Jumat, 11 Mei 2012

Blended Learning

Blended learning adalah sebuah istilah yang digunakan ketika proses belajar-mengajar dilakukan dengan cara tatap muka, namun pelaksanaannya menggunakan google talk atau pun chattingan seperti yang dilakukan pada kelas. Jadi, sesuai dengan artinya, blended artinya pencampuran. Pemcampuran dalam pembelajaran ini menjadi salah satu metode belajar belajar yang dapat digunakan. Jadi, kita dapat berdiskusi tanpa mengeluarkan suara ataupun membuat keributan. Dengan blended learning juga kita dapat belajar bagaimana mengoperasikan teknologi yang sekarang sudah sangat canggih dan sepantasnya kita belajar untuk menggunakannya. Hal ini dikarenakan teknologi diciptakan untuk memudahkan pekerjaan kita. Jadi dengan adanya blended learning inilah, kita pun dapat belajar dengan teknologi dan juga berdiskusi sekaligus. Seperti ada pepatah mengatakan, sambil menyelam minum air.
Walaupun metode blended learning masih jarang digunakan, namun blended learning masih dapat berkembang sesuai dengan perkiraan saya. Jadi proses pemerolehan informasi dapat juga diperoleh dari metode blended learning ini.
Saya sendiri senang dengan blended learning ini walaupun saya termasuk mahasiswa yang gaptek dan kurang mampu mengoperasikan teknologi, namun ini menjadi peluang saya untuk lebih bahkan lebih lagi dan membuka xakrawala saya lebih luas lagi. Demikian dan terima kasih :)